Minggu, 20 Januari 2013

Bersih Laut Badai Papuma




“Namun laut lebih dulu melakukan bersih laut dalam badai malam harinya memberi banyak sampah ke daratan. Yah.. laut tidak mau menerima bangkai, apapun bentuknya “


 Teringat sebuah kalimat “Ingat, sekolah ini bagaikan laut. Lautan tidak menerima bangkai.” ucapan kepala sekolah dulu pada tiap apel sekolah. Kalimat tersebut hampir selalu diucapkan untuk menegaskan tidak boleh ada pelanggaran. Kadang kala diucapkan dengan nada yang menakutkan ketika beliau marah. Saya sekolah disebuah sekolah swasta di pinggiran kota Jember. Sekolah yang berbaground agama dengan guru yang sederhana. Tetapi saya tidak ingin membahas almamater saya itu. Saya hanya ingin menggunakan kalimat kedua yang dikutip dari kepala sekolah saya diatas, lautan tidak menerima bangkai.
Seminggu yang lalu 13-januari saya dan teman-teman persma mengikuti acara bersih papuma(Pasir Putih Malikan). Acara yang digagas melalui grup papuma lovers dan diikuti beberapa lembaga. Kami (teman-teman pers) sengaja datang malam hari sebelum acara. Sungguh pengalaman tak terlupakan bermalam di pantai saat badai, menakutkan. namun saya berfikir itu badai biasa yang sering terjadi di pantai. Saya baru sadar jika badai malam itu benar-benar besar saat melihat abrasi pinggiran pantai pagi harinya, pohon-pohon yang tumbang. Ah..padahal saya enak saja tidur semalam, meskipun sebentar-sebenter terbangun itupun karena nyamuk.
Sekitar pukul 11.30 setelah mengikuti acara bersih papuma saya duduk di daratan menghadap pantai. Mengingat peringatan badai masih berbahaya, dan larangan turun kepantai saya lebih memilih menurut. Apalagi pagi itu ada tiga pengunjung yang terseret ombak. Lautan tidak menerima bangkai untuk inilah saya mengutip kalimat ini, melihat pinggiran pantai yang begitu kotor memberi gambaran besarnya badai semalam. Aneka macam sampah yang dihempaskan ombak kedarat. Acara bersih-bersih papuma rencananya diadakan di sepanjang pantai hingga daratan. Namun laut lebih dulu melakukan bersih laut malam harinya memberi banyak sampah ke daratan. Yah.. laut tidak mau menerima bangkai, apapun bentuknya sepatu, mainan, botol hingga batang kayu bahkan bangkai manusia.
Andai prinsip laut diterapkan di negeri ini, tidak menerima bangkai berupa koruptor dan cecunguk lainnya. Pastinya akan seindah laut, meski dengan ombak yang bergemuruh menampar karang. Dan saya mulai bingung melanjukan tulisan ini. Ah sekian saja cerita saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar