Minggu, 16 Desember 2012

Mengaku Kalah Pada Hujan

Air hujan mulai jatuh
Disiang itu
Kau dan aku sengaja menengadah
Membiarkan tubuh kita basah
Meninggalkan kenyamanan kamar
Untuk dinginnya hujan
”bodoh” katamu
Yang lain berteduh
Kita??
Tak mampu aku menahan tawa
Yah.. memang terlihat bodoh
Biarlah, bosan rasanya terlihat pintar
Ah... kapan kita terlihat pintar

Sudah tau bodoh
Kenapa masih dilanjutkan..
Air sudah menjamah seluruh tubuh
Dingin terasa memeluk
Tapi kita belum jera
Isengnya kau berkata
”Mau bermain dengan mereka”
dua anak menggepal tanah ditepi jalan
satu setengah telanjang
”ngak ah” jawabku
Sebenarnya aku berbohong
Aku ingin bermain dengan mereka
Takut mereka berlari memanggil ibunya
Melihat dua orang dewasa aneh mendekat

Aku selalu iri melihat tawa kecil bocah kecil kala hujan
Canda polos mereka
Melompat-lompat
Tanpa dosa
Tanpa beban
Dosa dan beban belum tersedia untuk mereka
Sedang kita dibawah hujan
Melupakan dosa
Melupakan beban
Yang menjadi jatah kita
Ah..dibawah hujan tiada pendosa.

Diujung jalan hujan mulai reda
Kita memutuskan kembali
Ternyata jalan yang kita lalui tadi hujan belum usai
Dua anak tadi masih pada posisinya
Jalanan mulai banjir
Tubuh semakin menggigil
Akhirnya kita mengaku kalah pada hujan
Tapi aku tidak jera sayang, kuharap kau sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar