Jumat, 16 November 2012

Pembangunan di Desaku

Sore hari begitu sampai dirumah mata ini tertuju pada segerombolan anak desa yang sedang asik bermain bola. Jadi ingat tulisan Dani yang menggabarkan buruknya fasilitas lapangan  untuk bermain bola ditempatnya, disini lebih parah kawan. Anak-anak harus mencari sendiri lahan dimana mereka bisa bermain, ditanah kosong atau di sawah yang baru panen, itupun saat musim kemarau. Luas seadanya tanpa rumput, apalagi rerumputan hijau seperti stadion Old Trafford. Salah satunya Sawah di timur rumahku, sawah orang kaya yang sering tak terurus. Senang sekali melihat tawa bocah-bocah ini saat bermain bola. Wajah polos mereka, ah…jadi ingat masa kecil saat bermain lumpur di sawah. 



            Salut melihat perjuangan bocah-bocah ini, hanya untuk bermain bola, mereka harus membersihkan sisa-sisa pangkal pohon kedelai. Beberapa dari mereka sempat tertusuk kayu pada kakinya. Jadi ingat film Sang Garuda kalau tidak salah itu judulnya, dalam cerita film ini si tokoh harus latihan di area pemakaman umum karena tidak sanggup menyewa lapangan, padahal ia harus latihan demi lolos seleksi Tim Nasional junior.berkat semangatnya ia lolos seleksi. Semoga saja bocah-bocah desa ini dapat berhasil seperti pada tokoh cerita film tadi.

            Desaku memang bisa dibilang pelosok, yah.. begitulah. Telinga ini sudah kebal dengan olok-olokan teman saat berkunjung ke rumah, khususnya tentang jalan yang memang parah. Sejak SMP, SMA sama saja, mamang tak ada perbaikan yang sungguh-sungguh. Pernah ada perbaikan jalan, proyek pengaspalan jalan, kenyataannya tidak bertahan lama. Hanya dalam 6-7 bulan jalan kembali rusak, kualitas aspalnya sangat jelek, pengerjaannyapun terkesan asal-asalan. Jadi ingat guyonan masa sekolah ”lak aku dadi Pak Tinggi, embong iki ate tak keramik, cek gak panas bokongmu kabeh” kata salah seorang teman saat pulang sekolah sambil menggayuh sepeda. Tentu saja guyonan ini bukan sekedar guyonan melainka suatu bentuk protes kepada pemimpin desa yang dianggap tidak mampu memberi fasilitas yang layak bagi warganya.

            Sangat banyak sekali pembangunan desaku yang bisa dibilag tertinggal, jika diminta menyebutkan satu persatu terkesan mengorek borok tanpa menyiapkan obat. Selangjutnya yang bisa dilakukan adalah menemukan pemimpi yang tepat.pemimpin yang berani menyampingkan kepentingan pribadi untuk kepentingan warga itu, ya diharapkan. Semoga saja..
Dan cukup sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar