Senin, 10 September 2012

Lebaran

Malam ini masih dalam suasana lebaran, jalanan pasti masih ramai dengan manusia yang ingin menghapus dosanya dengan bersilaturahmi pada sanak famili. Suara petasan, kembang api masih terdengar menyemarakkan malam yang di hari biasanya sunyi senyap. Ya.. hal semacam inilah yang membedakan suasana lebaran dengan hari-hari biasa. Ditengah gegap gembita acara tahunan ini saya memilih berada dikamar menghibur diri dengan dereta playlist lagu-lagu barat, entah mengapa saya ingin mendengar lagu dengan bahasa yang sejujurnya kurang saya mengerti. Mungkin telinga ini sudah bosan mendengar kata-kata galau dalam lagu-lagu dalam negeri.


Malam semakin larut, saya teringat pada sebuah pesan singkat yang masuk pada ponsel saya pada malam takbiran sekitar jam 00-30 isinya tentang keluhan manusia yang tidak siap menghadapi hari raya dan ajakan untuk mengabadikan momen lebaran dalam sebuah tulisan. Malam ini saya ingin mencoba memulainya.

Lebaran atau hari kemenangan. ya kemenangan untuk sebagian orang. Orang-orang yang benar-benar iklas dalam ibadah, dan saya tidak termasuk didalamnya. Saya hanya ikut merayakan kemenangan orang lain. Pada malam takbiran saya membuka akun facebook saya dan langsung terbaca aneka status teman, tidak seperti biasanya status yang biasanya beragam sekarang menjadi seragam dengan tema lebaran saling meminta maaf atau mengungkapkan kebahagiaannya menyambut hari kemenangan. Tentunya kemenangan menurut definisi mereka. Ah ..sudahlah itu hak mereka.

Mungkin hari kemunafikan lebih tepat untuk saya. Jika boleh bercerita sedikit ada seorang saudara saya, tepanya anak dari adik ibu saya, mudahnya sepupu saya. sejak pulang dari kota tempatnya menuntut ilmu tak pernah terdengar teguran darinya, saya tidak tau apa salah saya dan tidak berniat mencari taunya. sayapun enggan menyapanya. Intinya kami saling tidak bertegursapa. Lebaran tidak membuat ia mengulurkan tangan untuk saya jabat. Menurut saya itu lebih baik tidak ada kemunafikan. Jika ia memang tidak dapat memaafkan saya dan sayapun tidak mau meminta maaf atas kesalahan yang tidak saya ketahui, kanapa kita harus saling berjabat?. Meskipun jabat tangan hanya sekedar formalitas.

H+2 keluarga ibu dari Malang datang mengantar satu-satunya nenek saya yang merayakan lebaran disana. Rumah nenek saya bersebalahan dengan rumah saudara saya yang sudah disebut diatas sementara rumah saya sekitar 25M darisitu (tidak penting dimana rumah saya)

Mungkin karena di depan banyak saudara, begitu luwesnya ia (si sepupu saya) berbicara dengan saya hingga pertanyaan-pertanyaan yang menurut saya tidak sesuai ditanyakan saat itu, seperti dimana rumah salah satu teman SMA kami. Dalam hati saya “kesambet dimana ini orang atau ia sedang mengajak saya bermain peran”. Sejujurnya hati saya juga begumam “Jancok.. pintar sekali ini orang bersandiwara”. Sudah hampir dua bulan ia di Jember dan tidak satu katapun keluar untuk saya walaupun saya kerumahnya. Dan hari ini didepan banyak saudara ia berbicara seolah tak pernah ada masalah.

Lain cerita masih dalam suasana lebaran beberapa kerabat dan tetangga datang kerumah keluarga saya. Satu hari ada bu lek saya dan beberapa kerabat ibu saya serta tetangga satu desa. Semua saling berjabat tanggan melepas dosa yang dianggap menempel di tanggan. Si tetangga pulang lebih dulu. Kemudian bu lek saya dan kerabat lain yang berkumpul saat itu berbisik-bisik tentang tetangga yang baru pulang “sektas iku jagal sapi kan, jare akeh utange?.” Saudara lain termasuk ibu saya terlibat dalam diskusi yang menghasilkan dosa kembali mengotori mereka. Saat itu saya dan kakak saya saling berpandangan, tersenyum tanda apa yang kita fikirkan sama. “ Walah gawe maneh, gektas njaluk sepuro.” Celetuk kakak saya. Semua tertawa seolah dosa adalah hal yang pantas untuk ditertawakan.

Ya…begitulah, seperti sebuah perusahaan produksi ketika barang sudah mulai sedikit sisa dipasarkan maka dengan segera memproduksi kembali. Dosa yang sudah di hapus akan segera digantikan yang baru atau dosa-dosa sebelumnya tidak benar-benar terhapus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar