Minggu, 13 Desember 2015

Jangan Catut Nama Hantu



Ketika masih anak-anak, saya pernah memiliki penyakit sulit tidur atau insomnia (istilah insomnia baru saya kenal saat remaja) , ketika bisa tertidur pun kerap terbangun gara-gara  secara tiba-tiba sesak napas. Kata kakak namanya ketindihan, penyebabkan ada makhluk halus yang menduduki dada. Katanya juga makhluk itu bisa dilihat dengan doa tertentu. Maka sepanjang malam saya habiskan dengan imajinasi yang luar biasa, hingga kadang berbicara sendiri. Ibu mengira saya punya teman. Teman itu bukan teman biasa melainkan makhluk halus atau lebih familiar disebut hantu.


ceritanya begini, bagian atas kamar saya dulu tidak berplafon. Di situ saya kerap membanyangkan ada sosok makhluk yang tiba-tiba muncul dan melotot menakut-nakuti. Setiap malam saya selalu ketakutan, takut jika tiba-tiba makhluk itu melompat ke arah saya. Semakin hari saya semakin takut pada makhluk itu. Saya yakin, saat ketindihan makhluk di atas kamar itu yang menduduki dada saya.

Akhirnya saya memutuskan untuk menawarkan perdamai pada makhluk di atas kamar itu. Siapa tahu dia bisa jadi teman saat saya tidak bisa tidur semalaman. Menemani mewarnai atau mendengarkan saya membaca dongeng kancil dan yang paling penting dia tidak lagi duduk di dada saya.

Saya mulai berani menatap langit-langit tanpa plafon, menantang makhluk itu keluar. Tapi tak ada yang keluar, kadang hanya tikus merayap di bagian atas tembok. Setiap malam saya semakin berharap melihat makhluk itu. Akhirnya saya kecewa, makhluk itu tak pernah muncul. Saya patah hati.

Patah hati itu membuat saya sebal dan mencipta makhluk imajiner. Saya mulai berbicara dengannya, pelan, tapi dapat didengar Ibu yang tidur di samping saya. Tentu makhluk imajiner ini tak seseram makhluk di atas kamar. Entah berapa lama saya melakukan hal itu.

Sebenarnya, apa yang saya lakukan itu tidak lepas dari wacana yang saya dapat. Ibu pernah bercerita tentang Mbah Lanang (kakek dari Ibu) berbicara dengan genderuwo. Katanya hal itu terjadi saat Ibu masih Sekolah Dasar, di Madiun saat tentara di kerahkan untuk menghukum simpatisan PKI tanpa alasan di sana. Cerita lain tentang Istri kedua Mbah, (kakek dari Bapak) katanya dia memiliki teman sejak beberapa bulan sebelum meninggal, tepatnya sejak ia mulai sakit-sakitan. Nenek sering bicara saat sendiri di kamar, kemudian bisa langsung tidur saat ada orang masuk.

Selain kedua cerita itu, anak-anak di desa saya kerap mendapat wacana manakutkan tentang wewe gombel, kuntilanak, genderuwo hingga pocong. Biasanya makhluk-makhluk ini dicatut namanya untuk kepentingan orang dewasa. Misalkan,

“Kalau sudah sore cepat pulang, jangan main terus nanti digondol wewe.”

“Jangan naik-naik pohon, kalau Genderuwonya marah kamu dimakan.”

Peringatan itu disertai deskripsi menakutkan. Pencatutan nama mereka memang disengaja agar anak-anak mematuhi aturan orang dewasa. Hal tersebut membuat anak-anak takut pada sesuatu yang belum pernah ditemui.

Eksploitasi makhluk halus ini  sungguh keterlaluan. Bukan hanya si hantu yang dirugikan karena namanya dicatut sembarangan, anak-anak juga dirugikan. Kerap kali ketakutan ini terbawa hingga dewasa. Saya tak paham psikologi tapi saya yakin ketakutan yang ditanamkan secara masif dan terstruktur akan melekat kuat dalam pikiran manusia. Bukankah sudah terbukti pada ketakutan yang ditanam pemerintahan Orde Baru.

Wacana berbeda justru saya temui di film-film horor Indonesia kebaruan. Hantu keramas, suster ngesot, pocong kesurupan, hantu jeruk purut dan hantu-hantu lainnya. Namanya saja sudah terdengar kocak. Saya yakin, jika masa kecil saya dikenalkan pada hantu-hantu kocak ini, saya tak akan takut pada makhluk tersebut. Ditambah shot horor yang kerap bikin horni, itu kata seorang teman saya.  Soal hantu dalam film biar ditulis peserta writing challange yang lain. Saya tak punya banyak referensi tentang film horor apalagi horor dengan aliran komedi yang bikin horni.

Sebelum memulai tulisan ini, saya melakukan pencaharian di browser dengan kata kunci “Penelitian hantu”  Lalu muncul berbagai artikel tentang hantu. Mulai yang sederhana tanpa teori yang rasional, yang menggunakan teori Eistein tentang energi alam semesta yang konstan hingga yang didukung teknologi super canggih.

Satu artikel yang menarik adalah penelitian beberapa ilmuwan Amerika. Penelitian ini dilakukan dengan peralatan super canggih hingga berstandar sama dengan peralatan NASA. Halil penelitian ini menyatakan, hantu atau makhluk astral itu sebenarnya tidak ada. Sosok ini muncul karena perintah yang salah dari otak saat merespon gelombang frekuensi sangat rendah atau Veri Low Frecuency (VLC) selengkapnya buka https://www.youtube.com/watch?v=xEj_xpPKPAc

Saya percaya makhluk selain manusia itu ada tapi saya tak tau pasti bentuknya. Bisa jadi makhluk itu hanya sebuah energi negatif atau serupa gelombangan VLC, bisa pula makhluk itu roh nenek moyang yang berada di dimensi berbeda dengan kita saat ini atau... entahlah. Bukankah Tuhan juga mahluk kasat mata. pastinya saya tak percaya dengan makhluk halus yang dijual pasar.

Berhenti mencatut nama makhluk halus, berhenti mengeksplotasi hantu. Mari berjejaring dan saling menguatkan dengan berbagai makhluk.


*Tulisan ini untuk tantangan Writing Challange dengan tema Hantu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar